Biografi Fauzi H Amro, Kiprah Anggota DPR Berlatar Aktivis HMI
Ketua Kapoksi Fraksi Nasdem Komisi XI DPR-RI. Foto : Marwan Azis.
Dunia politik bagi Fauzi H Amro bukanlah hal baru, mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini sudah dua kali terpilih duduk di Senayan, ia termasuk salah satu anggota dewan kritis, meski berada pada partai yang mendukung Pemerintahan Jokowi, tapi tak segan melakukan kritis bila dianggap kebijakan Pemerintah tak berpihak ke publik.
Tak hanya itu, juga termasuk politisi yang cukup getol memperjuangkan kepentingan publik terutama petani di parlemen. Seperti sosok dan kiprah Fauzi H Amro di parlemen. berikut biografinya.
Fauzi H Amro M.Si, adalah Anggota DPR-RI dari Fraksi Partai NasDem yang dilahirkan pada 7 Juni 1976 di Desa Remban, yang merupakan anak seorang petani di wilayah Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan. Fauzi anak kedua dari enam bersaudara, buah hati dari H Amro Ahmad dan Hj Rokibah.
Fauzi memulai pendidikan dasar di SDN 01 Remban, Surulangun Rawas, Kabupaten Musirawas. Selanjutnya, Fauzi meneruskan pendidikan menengah di SMP Negeri 07 Kota Bengkulu dan dilanjutkan ke SPP DATI I Bengkulu.
Fauzi kemudian hijrah dari Pulau Sumatera untuk menuntut ilmu di
Pulau Jawa. Fauzi berkuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas
Padjajaran (UNPAD) di Bandung. Fauzi juga melanjutkan kuliah di Pasca Sarjana
Universitas Indonesia (UI).
Sejak duduk di bangku sekolah, Fauzi dikenal aktif berorganisasi.
Fauzi dipercaya teman-temannya untuk menjabat Ketua OSIS periode 1993-1994 di
SPP DATI I Bengkulu.
Kemudian, di kampus Fauzi makin aktif berorganisasi. Dikenal sebagai mahasiswa yang berasal dari daerah, Fauzi tak rendah diri dan mampu menunjukkan bahwa ia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin.
Di kampus IPB, ia dipercaya menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FAPET IPB dan Presidium Keluarga Mahasiswa IPB Tahun 1997-1998.
Fauzi juga memiliki pengalaman kerja yang luas. Ia pernah bekerja sebagai peneliti di Unit Pendidikan dan Penelitian Jonggol (UP3J), peneliti dan instruktur pada Pelatihan dan Manajemen Penggemukan Domba Mendiknas dan PB HMI pada 2002, peneliti di PT Lembu Sodo Mandiri, Ciawi, Bogor pada tahun 2001.
Kemudian, sebagai marketing officer di PT Kartika Naya tahun 2003,
direktur marketing di PT Daya Cipta Kreasindo tahun 2004. Hingga saat ini
Fauzi masih menjabat sebagai Komisiaris Utama CV Muratara Jaya dan pemilik
Faris Laundry & Dry Cleaning Palembang.
Fauzi juga sempat dipercaya menjadi staf ahli Fraksi PBR (Partai
Bintang Reformasi) DPR RI pada tahun 2005. Kegemilangan Fauzi di dunia politik
semakin cemerlang ketika di tahun 2006, Fauzi dipercaya menjabat sebagai Ketua
DPW PBR Sumsel tahun 2006 hingga 2013.
Tahun 2009, Fauzi menjadi calon anggota DPR-RI dari PBR untuk daerah pemilihan (dapil) Sumsel 1 yang meliputi Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin, Musirawas, dan Kota Lubuklinggau). Ketika itu Fauzi berhasil memperoleh 68.000 suara. Sayang tidak bisa lolos ke Senayan, karena PBR tidak lolos parliementary treshold (PT).
Keberhasilan Fauzi dalam membangun karir politik dan dunia usaha diimbangi pula dalam membina bahtera rumah tangga. Bersama istrinya, Drh. Baiq Yunita Arisandi M.A.P juga berlatar aktivis HMI yang selalu mensupport sang suami.
Mantan Ketua Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) PB HMI ini dikenal sebagai anggota legislatif vokal dan kritis di Komisi V yang membidangi Perhubungan, Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, Pembangunan Pedesaan dan Kawasan Tertinggal, Meteorologi, Klimatologi & Geofisika, yang cukup aktif memperjuangkan kepentingan publik dan paling menonjol adalah pengembangan Bandara Silampari, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan.
Kiprah awalnya di Komisi V adalah menjadikan Bandara Silampari sebagai posisi strategis yang memiliki efek domino bagi peningkatan ekonomi rakyat.
"Pikiran saya
langsung tertuju pada nasib Bandara Lubuklinggau. Bandara ini proyek strategis
yang bakal memiliki efek domino di antaranya bagi investasi dan
pariwisata," kata Fauzi Amro saat berbincang disalah satu kantor media di
Jakarta beberapa waktu lalu.
Fauzi
Amro berupaya menyulap Bandara Lubuklinggau, yang sebelumnya lebih menyerupai
terminal bus. Areal bandara juga kerap digunakan sebagai tempat balap sepeda
motor menjadi bandara strandar nasional.
Lubuklinggau sebelumnya hanya disinggahi satu
pesawat kecil dan itu pun seminggu cuma tiga kali penerbangan. Namun
upaya Fauzi Amro yang melobi Kementerian Perhubungan dan juga sejumlah perusahaan
maskapai penerbangan berbuah hasil. Kini dua maskapai nasional, Batik Air dan
Sriwijaya Air, selalu padat dengan penumpang.
Kini Bandara Silampari Lubuklinggau sudah cukup representatif. Bahkan sudah disinggahi pesawat berbadan lebar. Penerbangan pun langsung Jakarta-Lubuklinggau pulang pergi. Setidaknya ada 8 Kabupaten Kota yang masuk di tiga provinsi, Sumsel, Jambi dan Bengkulu yang merasakan multi efek positif dari pengembangan Bandara Silampari yang merupakan buah perjuangan Fauzi Amro selama berkiprah di Komisi V DPR-RI antara tahun 2014-2016.
Menurut
Fauzi Amro, Lubuklinggau itu daerah yang sangat strategis. Siapapun yang
lewat jalur darat baik ke Medan atau ke Aceh pasti melewati Lubuklinggau.
"Apalagi kalau dibangun bandara yang lebih besar, delapan kabupaten dan
kota di sekitarnya akan semakin mudah dijangkau," tutur lulusan peternakan
Institut Pertanian Bogor ini seperti dikutip dari Rilis.id.
Bandara Lubuklinggau, sebut peraih gelar master
Universitas Indonesia ini, sebelumnya lebih menyerupai terminal bus. Areal
bandara juga kerap digunakan sebagai tempat balap sepeda motor. Jangan ditanya
soal rute dan juga kapasitas penerbangan. Pasti sangat minim dan sangat jauh
dari standar.
"Tapi sekarang banyak orang yang tidak percaya hanya dalam sekira dua tahun Bandara Lubuk Linggau sudah cukup representatif dan disinggahi pesawat berbadan lebar. Penerbangan pun langsung Jakarta-Lubuklinggau pulang pergi," ujar Fauzi Amro seperti dikutip dari Times Indonesia.
"Mungkin
saking terkesimanya ada yang menyebut Bandara Lubuklinggau sebagai Bandara
Fauzi Amro," ujarnya sambil tertawa.
Sebutan itu mungkin tidak berlebihan karena
sebelumnya Lubuklinggau hanya disinggahi satu pesawat kecil dan itu pun
seminggu cuma tiga kali penerbangan. Namun upaya Fauzi Amro yang melobi
Kementerian Perhubungan dan juga sejumlah perusahaan maskapai penerbangan kini
dua maskapai nasional, Batik Air dan Sriwijaya Air, selalu padat dengan
penumpang.
Tak
hanya itu, Fauzi juga banyak memberikan kontribusi mengentaskan
kawasan kumuh di Lubuklinggau, Musi Rawas Utara dan Musi Rawas seperti
memberikan bantuan pembangunan bedah rumah swadaya, pembuatan sarana air bersih
serta membangun jalan desa, jalan provinsi dan jalan Kota/Kabupaten yang
semuanya mengarah pada percepatan pembangunan daerah dan peningkatan
kesejahteraan ekonomi masyarakat daerah pemilihan Sumsel 1.
Fauzi juga sempat ditugaskan di Komisi IV DPR-RI yang membidangi Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bulog serta Badan Restorasi Gambut.
Selama di Komisi IV DPR-RI, Fauzi Amro berupaya meningkatkan percepatan
pembangunan Pertanian, Perternakan dan Kehutanan. Dalam setiap reses, Alumnus
Institute Pertanian Bogor (IPB) ini selalu menyalurkan aspirasinya dengan
memberikan bantuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) mulai dari handtrakctor roda
tiga dan roda empat, combine, pompa air.
Tak kurang dari 1500 Alsintan yang didistribusikan dan
program Bibit Sapi (UPPO), bibit gratis yang jumlahnya sudah mencapai ratusan
Alsintan ke Kelompok Tani (Poktan). Selain itu, di bidang Kehutanan, Fauzi Amro juga berupaya membantu mediasi penanganan konflik perkebunan dengan pihak
perusahaan dan masyarakat di Musi Rawas dan Muratara.
Kiprah dan karya untuk rakyat inilah yang akhirnya membuat Fauzi H. Amro mendapat penghargaan Anugerah Lintas Politika tahun 2019 lalu dan kembali mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk duduk di Senayan.
Fauzi terpilih
kembali menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI)
dari Partai Nasdem Fauzi H Amro, memastikan diri untuk kedua kalinya
melenggang ke Senayan. Bahkan, mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
juga berhasil menyalip Maphilinda SO dengan hanya terpaut suara cukup jauh
sekitar 5000an suara.
Berdasarkan hasil yang diraih. Dimana, untuk total semuanya yang
berhasil diraih secara pribadi sebanyak 84.956 suara, 40.975 ribu disumbangkan
dari tanah kelahirannya, Kabupaten Musi Rawas Utara. Dengan total keseluruhan,
Fauzi H Amro Partai Nasdem meraih suara 268.989 ribu duduk untuk Kursi ke-3 dari
total 8 kursi di dapil Sumsel 1.
Dalam periode kedua di DPR-RI ini, Fauzi sempat ditugaskan sebagai
Ketua Kapoksi IV DPR-RI, lalu diretorasi ke Komisi XI DPR-RI, dengan jabatan
sebagai Ketua Kapoksi Fraksi NasDem Komisi XI DPR-RI yang membidangi komisi keuangan.
Sementara di pengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem,
Fauzi H Amro dipercaya sebagai Ketua Teritorial Pemenangan Pemilu Sumatera 3 (Sumsel, Jambi, Babel, Lampung).
Bagi Fauzi, DPR adalah salah satu medan perjuangan dalam memajukan daerah, bangsa dan memakmurkan masyarakat terutama kaum petani.
Keluarga
Cerita cinta Drh Baiq Yunita Arisandi M.AP dan Fauzi H Amro M,Si tak lepas dari dunia aktivis kemahasiswaan yang mempertemukan kedua kader Hijau Hitam (HMI) ini.
Drh.Baiq Yunita Arisandi M.AP mengaku pertama kali ketemu Fauzi H
Amro diacara Indonesian Student Assembly (ISA) yaitu pertemuan Kelompok
Cipayung Plus yang diadakan di Bali tahun 2001 menjelang pergantian akhir tahun
2002, yang mengambil tema “Reinventing Indonesia” ketika itu Fauzi menjabat
sebagai Ketua PTKP PB HMI dan Baiq Yunita Arisandi sebagai Ketua Kohati Cabang HMI
Denpasar.
Dalam acara tersebut, Fauzi menjadi salah satu moderator FGD (Focus Group Discussion) yang menghadirkan Menteri Kelautan dan Perikanan Rohmin Dahuri ketika itu dan Baiq Yunita Arisandi sebagai salah seorang peserta.
“Waktu itu saya masih kuliah di FKH Udayana semester 5 dan bang Fauzi
sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Indonesia (UI),” ungkap Drh Baiq
Yunita Arisandi M.AP ketika berbincang
dengan tim Biografi.co.id via WhatsApp (10/10/2020). Disanalah cinta kedua aktivis HMI itu
bersemi. “Cinta pada pandangan pertama judulnya,”tambahnya tertawa.
Setelah wisuda dokter hewan, Drh Baiq Yunita Arisandi hijrah ke Jakarta dan bergabung di Klinik
Hewan Laras Satwa Bintaro, hubungan keduanya pun semakin dekat karena sudah
tinggal satu kota dan tidak LDR (Long distance relationship) lagi.
“Beberapa bulan saya di Jakarta, Bang Fauzi langsung mengajukan
keinginan untuk melamar dengan menemui orangtua saya pada saat sedang tugas ke
Jakarta, dan dilanjutkan acara lamaran resmi oleh ayahnya Bang Fauzi pada bulan
September 2005 yang datang ke Lombok menemui keluarga,”terangnya.
Akhirnya atas musyawarah keluarga diputuskan akad nikah pada
tanggal 28 Januari 2006 dirumah orang tua Drh Baiq Yunita Arisandi M.AP di
Mataram, Nusa Tenggara Barat, dilanjutkan prosesi adat dan resepsi di Gedung
Wanita Mataram. Kemudian tanggal 12 Februari 2006 diadakan acara Ngunduh Mantu
di kampung Fauzi H Amro di Desa Remban, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera
Selatan.
Saat ini pasangan mantan aktivis HMI ini dikaruniai 3 orang putra, yakni Muhammad Azka Khenan AlFaris, Muhammad Fathir Akbar AlFaris, dan Muhammad Azzam Ramadhan AlFaris.

Drh Baiq Yunita Arisandi M.AP mengaku sangat mendukung sang suami berkiprah di dunia politik terutama di parlemen karena latar aktivitas Fauzi sebagai mantan aktivis HMI dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.
“Satu hal penting yang membuat saya mendukung Abang berkiprah di
parlemen adalah dengan latar belakang aktivis dan jaringan yang luas saya
melihat Bang Fauzi memang cocok di parlemen dan dia punya visi misi yang kuat
dalam membangun tanah kelahirannya, Bang Fauzi punya jiwa sosial yang tinggi
jadi cocok jika dia berada di parlemen karena ada yg diperjuangkan,” tandas
alumnus Pasca Sarjana Universitas Nasional (UNAS) Jakarta ini.
Diakhir perbincangan Drh Baiq Yunita Arisandi M.AP berpesan kepada sang suami Fauzi H Amro. “Pesan saya buat bang Fauzi: Melaksanakan tugas secara baik “on the track” menjalankan amanah rakyat secara baik, dan tetap menjadikan keluarga sebagai dasar pijakan dalam melangkah agar setiap tingkah laku dan perbuatan dapat terkontrol”pungkas dokter hewan yang kini berkarir di Kementerian Pertanian (Kementan) ini (Marwan Azis)
Tidak ada komentar: