Biografi Nadiem Makarim, Pendiri Gojek Kini Jadi Mendikbud
Nama Nadiem mendadak
jadi trending topik di social media twitter, karena mendadak Presiden Jokowi
menunjuk jadi Nadiem sebagai Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju
pemerintahan Presiden Joko Widodo-K.H Mar'uf Amin, yang dilantik pada 23
Oktober 2019.
Pria yang memiliki nama
lengkap Nadiem Anwar Makarim, sebelumnya merupakan pendiri Go-Jek, sebuah startup
yang berkembang menjadi perusahaan
transportasi dan penyedia jasa berbasis daring yang beroperasi di Indonesia dan
sejumlah negara Asia Tenggara seperti Singapura, Vietnam dan Thailand.
Nadiem Anwar Makarim
adalah putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ayahnya adalah
seorang aktivis dan pengacara terkemuka yang berketurunan Minang-Arab.
Sedangkan ibunya merupakan penulis lepas, putri dari Hamid Algadri, salah
seorang perintis kemerdekaan Indonesia.
Pendidikan
Nadiem menjalani proses pendidikan dasar hingga SLTA berpindah-pindah dari
Jakarta ke Singapura. Sehabis menyelesaikan pendidikan SMA-nya di Singapura,
pada tahun 2002 ia mengambil jurusan Hubungan Internasional di Brown
University, Amerika Serikat.
Nadiem sempat mengikuti
pertukaran pelajar di London School of Economics. Setelah memperoleh gelar
sarjana pada tahun 2006, tiga tahun kemudian ia mengambil pasca-sarjana dan
meraih gelar Master of Business Administration di Harvard Business School.
Karier
dan Bisnis
Pada tahun 2006, Nadiem
memulai kariernya sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company.
Setelah memperoleh gelar MBA, ia terjun sebagai pengusaha dengan mendirikan
Zalora Indonesia. Di perusahaan tersebut ia juga menjabat sebagai Managing
Editor. Setelah keluar dari Zalora, ia kemudian menjabat sebagai Chief
Innovation Officer (CIO) Kartuku, sebelum akhirnya fokus mengembangkan Go-Jek
yang telah ia rintis sejak tahun 2011.
Saat ini Go-Jek merupakan perusahaan
rintisan terbesar di Indonesia. Pada bulan Agustus 2016, perusahaan ini
memperoleh pendanaan sebesar USD 550 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun dari
konsorsium yang terdiri dari KKR, Sequoia Capital, Capital Group, Rakuten
Ventures, NSI Ventures, Northstar Group, DST Global, Farallon Capital
Management, Warburg Pincus, dan Formation Group.
Sekembalinya dari Harvard
dengan gelar MBA, Nadiem memutuskan untuk pulang ke tanah air dan bekerja di
McKinsey & Co. Nadiem menjadi konsultan McKinsey selama 3 tahun.
Nadiem menjadi
Co-Founder dan Managing Director Zalora Indonesia pada tahun 2011. Pada 2012,
Nadiem memutuskan keluar dari Zalora untuk membangun startup sendiri, termasuk
Gojek yang pada waktu itu memiliki 15 karyawan dan 450 mitra driver. Dia
mengaku telah belajar cukup banyak di Zalora, yang merupakan tujuan utamanya
ketika menerima pekerjaan di perusahaan itu. Di Zalora, Nadiem memiliki
kesempatan membangun mega startup dan bekerja dengan sejumlah talenta terbaik
di kawasan Asia.
Sambil mengembangkan
Gojek, Nadiem juga menjadi Chief Innovation Officer Kartuku setelah keluar dari
Zalora. Saat awal berdiri, Kartuku tidak ada kompetitor dalam sistem pembayaran
non-tunai di Indonesia. Kartuku kemudian diakuisisi Gojek untuk memperkuat
GoPay.
Ide
Munculnya Gojek
Ide mendirikan Go-Jek Nadiem dapatkan ketika
ia berdiskusi dengan tukang ojek langganannya. Nadiem memang lebih sering
menggunakan jasa ojek dibanding dengan menggunakan mobil.
Dari perbincangan
dengan tukang ojek langgananya, ia menemukan kenyataan bahwa hampir sebagian
besar tukang ojek menghaiskan waktu hanya untuk menunggu pelanggan yang
menghampiri, dan susah untuk mencari pelanggan. Dilain sisi kemacetan di
Jakarta makin memperburuk keadaan, maka ia berpikir sangat dibutuhkan sebuah
layanan transportasi yang cepat serta pengiriman yang cepat untuk membantu
warga jakarta.
Hingga kemudian pada
tahun 2011, Go-Jek resmi di dirikan oleh Nadiem Makariem yang sekaligus
menjabat sebagai CEO GO-Jek. Go-Jek menawarkan kemudahan serta kecepatan kerja,
GO-Jek bekerja sama dengan para tukang ojek di bawah naungan perusahaan GO-Jek.
GO-Jek menyediakan layanan jasa transportasi, pengiriman barang atau makanan
serta jasa belanja.
Go-Jek semakin lama
semakin berkembang, hingga pada tahun 2014 GO-Jek mendapat suntikan dana dari
perusahaan investasi asal Singapura yaitu Northstar Group, selain itu di tahun
yang sama perusahaan Go-Jek milik Nadiem juga mendapat suntikan dari dari 2 perusahaan
lain yaitu Redmart Limited dan Zimplistic Pte Ltd.
Semakin lama
perusahaan Nadiem semakin terkenal, hingga pada tahun 2015 Nadiem merilis
aplikasi Mobile Go-Jek nya dan menjadikan Go-Jek semakin banyak diminati oleh
pelanggannya. Nadiem Makarim memang memanfaatkan perkembangan teknologi untuk
kemudahan pelanggannya. Dengan aplikasi mobile, pelanggan hanya perlu memesan
layanan Go-Jek dengan menggunakan smartphone mereka. Selain itu, tarif Go-Jek
didasarkan pada jarak tempuh dan pembayarannya dapat mengunakan credit (my
wallet).
Pada awalnya Nadiem
makarim hanya membawahi 20 orang tukang ojek, namun sekarang ia sudah memiliki
10 ribu orang tukang ojek yang tersebar diberbagai wilayah Indonesia dibawah
naungan perusahaanya. Ia selalu melakukan inovasi pada perusahaanya sehingga
bisnisnya kemudian banyak diliput media yang menyebut bahwa Go-Jek merupakan
revolusi dari transportasi ojek.
Kini Gojek sudah
menjadi salah satu dari 19 decacorn di dunia, dengan valuasi Gojek mencapai USD
10 miliar. Gojek pertama kali berdiri sebagai call centre, menawarkan hanya pengiriman
barang dan layanan ride-hailing dengan sepeda motor.
Sekarang, Gojek telah
bertransformasi menjadi super app, menyediakan lebih dari 20 layanan, mulai
dari transportasi, pengantaran makanan, kebutuhan sehari-hari, pijat,
bersih-bersih rumah, logistik hingga platform pembayaran digital yang dikenal
dengan GoPay. Karier bisnis Nadiem Makarim di Gojek membawanya masuk dalam
daftar 150 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Globe Asia.
Nadiem Makarim
diperkirakan memiliki nilai kekayaan mencapai US$100 juta.
Kabinet
Indonesia Maju
Pada 22 Oktober 2019,
Nadiem dipanggil secara resmi menyatakan bahwa dirinya mengundurkan diri
sebagai CEO Gojek setelah pagi harinya dipanggil oleh Presiden Joko Widodo ke
istana negara. Pada 23 Oktober 2019, Presiden Joko Widodo mengumumkan kabinet
menterinya dengan Nadiem sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Penghargaan
Dikutip dari Wikipedia, pada tahun 2016, Nadiem
menerima penghargaan The Straits Times Asian of the Year, dan merupakan orang
Indonesia pertama yang menerima penghargaan tersebut sejak pertama kali
didirikan pada tahun 2012.
Penghargaan Asian of
the Year diberikan kepada individu atau kelompok yang secara signifikan
berkontribusi pada meningkatkan kesejahteraan orang di negara mereka atau Asia
pada umumnya.
Beberapa penerima
sebelumnya termasuk pendiri Singapura, Lee Kuan Yew, Perdana Menteri India
Narendra Modi, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Presiden Republik Rakyat
Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Myanmar Thein Sein.
Penghargaan tersebut
datang karena perusahaan berfokus pada peningkatan kesejahteraan sektor
informal. Pada saat yang sama, ini dapat membantu menyediakan mata pencaharian
bagi masyarakat Indonesia dengan mengubah pasar dan model bisnis tradisional.
Nadiem masuk dalam
daftar Bloomberg 50 versi 2018. Bloomberg menilai tidak ada aplikasi lain yang
telah mengubah kehidupan di Indonesia dengan cepat dan mendalam seperti Gojek.
Aplikasi Gojek diluncurkan pada 2015 dengan fokus pada pemesanan ojek, dan
kemudian berkembang menjadi aplikasi untuk membayar tagihan, memesan makanan,
hingga membersihkan rumah "The Bloomberg 50" berisi sosok-sosok
ternama dalam bidang bisnis, hiburan, keuangan, politik, hingga ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Sepak terjang Nadiem yang kini mengembangkan Gojek
ke Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam membuat Bloomberg menyandingkan
namanya dengan presiden Mexico Andres Manuel Lopez Obrador, pendiri Spotify
Daniel Ek, pop star Taylor Swift dan grup idol Kpop BTS.
Pada Mei 2019, Nadiem
menjadi tokoh termuda se-Asia yang menerima penghargaan Nikkei Asia Prize ke-24
untuk Inovasi Ekonomi dan Bisnis. Penghargaan diberikan kepada individu atau
organisasi yang berkontribusi bagi pengembangan kawasan Asia dan menciptakan
masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Asia.
Nadiem menggandakan
hadiah yang diterima menjadi Rp 860 juta untuk donasi pendidikan anak mitra
pengemudi Gojek. Penghargaan ini berkaitan dengan kontribusi Gojek dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi, memudahkan keseharian pengguna hingga meningkatkan
pendapatan mitranya.
Gojek berkontribusi 55
Triliun terhadap perekonomian Indonesia, dengan penghasilan rata-rata mitra
Go-Ride dan Go-Car naik 45% dan 42% setelah bergabung dengan Gojek, dan volume
transaksi UMKM Kuliner naik 3.5 kali lipat semenjak menjadi mitra GoFood.
Pada tahun 2017, Gojek
masuk dalam Fortune’s Top 50 Companies That Changed The World, dan mendapatkan
peringkat 17. Pada tahun 2019, Gojek kembali menjadi satu-satunya perusahaan
Asia Tenggara yang masuk ke daftar Fortune’s 50, dan naik ke peringkat 11 dari
52 perusahaan kelas dunia.
Organisasi
Internasional

Pernikahan Nadiem
Nadiem Makarim menikahi seorang wanita cantik yang bernama Franka Franklin pada tahun 2014 lalu.
Biodata Nadiem Makariem
Nama
|
Nadiem Makarim
|
TTL
|
Singapura, 4 Juli 1984
|
Orangtua
|
Nono Anwar Makarim (ayah)
|
Atika Algadrie (ibu)
|
|
Pasangan
|
Franka Franklin (istri, 2014)
|
Pendidikan
|
Foreign Exchange di London School
of Economics
|
International Relations di Brown
University, Amerika Serikat
|
|
Harvard Business School , Harvard
University
|
|
Karier
|
Co Founder & Managing Direktor
Zalora Indonesia
|
Chief Innovation Officer Kartuku
|
|
Bussiness Consultan , Mckinsey
& Company
|
|
Founder & CEO GO-JEK (2011-2019)
Mendikbud (2019-Sekarang)
|
Good. Bagus sekali biografinya
BalasHapus