Biografi BJ Habibie dan Kiprah Sang Bapak Teknologi Indonesia
Bacharuddin Jusuf
Habibie (B.J Habibie) yang suka dipanggil dengan sebutan Eyang Habibie ini merupakan salah satu putra terbaik bangsa Indonesia
yang sukses diberbagai lini kehidupan mulai dari akademik (ilmuwan), dunia
politik, keislaman, hingga pengembangan teknologi, ia dikenal dunia internasional sebagai ahli dalam bidang pembuatan pesawat terbang.
Tak heran Presiden Republik Indonesia ke 3 ini dianggap sebagai Bapak Teknologi Indonesia dan menjadi inspirasi anak-anak Indonesia. Masyarakat pers Indonesia juga menganggap B.J Habibie sebagai Bapak Kebebesan Pers Indonesia.
Tak heran Presiden Republik Indonesia ke 3 ini dianggap sebagai Bapak Teknologi Indonesia dan menjadi inspirasi anak-anak Indonesia. Masyarakat pers Indonesia juga menganggap B.J Habibie sebagai Bapak Kebebesan Pers Indonesia.
Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin
Jusuf Habibie, FREng lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 –
meninggal di Jakarta, 11 September 2019 pada umur 83 tahun adalah Presiden Republik Indonesia yang
ketiga.
Sebelumnya, B.J.
Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7, menggantikan
Try Sutrisno. B. J. Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari
jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
B.J. Habibie kemudian
digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada
20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan
7 hari (sebagai wakil presiden) dan juga selama 1 tahun dan 5 bulan (sebagai
presiden), B. J. Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan
masa jabatan terpendek.
Keluarga
Habibie merupakan anak keempat dari delapan
bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie Ayahnya yang berprofesi sebagai
ahli pertanian dan RA. Tuti Marini Puspowardojo.
Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada
tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq
Kemal. Habibie menghabiskan masa kecilnya bersama saudara-saudaranya di
Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah
ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak dan sejak kanak-kanak sudah tertarik
dengan dunia dirgantara yang akan menentukan perjalanan hidupnya kemudian.
Dikutip dari Wikipedia,
dari sekian banyak presiden Indonesia, B. J. Habibie merupakan satu-satunya
Presiden yang berasal dari etnis Gorontalo, Sulawesi dari garis keturunan Ayahnya
yang berasal dari Kabila, Gorontalo dan etnis Jawa dari ibunya yang berasal
dari Yogyakarta.
Ayah Habibie (Alwi
Abdul Jalil Habibie) memiliki marga "Habibie", salah satu marga asli
dalam struktur sosial Pohala'a (Kerajaan dan Kekeluargaan) di Gorontalo.
Sementara itu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo (Ibu dari B.J. Habibie) merupakan anak
seorang dokter spesialis mata di Jogjakarta, dan ayahnya yang bernama
Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah.
Marga Habibie dicatat
secara historis berasal dari wilayah Kabila, sebuah daerah di Kabupaten Bone
Bolango, Provinsi Gorontalo. Dari silsilah keluarga, kakek dari B.J. Habibie
merupakan seorang pemuka agama, anggota majelis peradilan agama serta salah
satu pemangku adat Gorontalo yang tersohor pada saat itu. Keluarga besar
Habibie di Gorontalo terkenal gemar beternak sapi, memiliki kuda dalam jumlah
yang banyak, serta memiliki perkebunan kopi. Sewaktu kecil, Habibie pernah
berkunjung ke Gorontalo untuk mengikuti proses khitanan dan upacara adat yang
dilakukan sesuai syariat islam dan adat istiadat Gorontalo.
Pernikahan
Habibie-Ainum
Pada awalnya, kisah
cinta antara Habibie dan Ainun bermula sejak masih remaja, ketika keduanya
masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Namun, keduanya baru saling
memperhatikan ketika sama-sama bersekolah di SMA Kristen Dago Bandung, Jawa
Barat. Komunikasi mereka akhirnya terputus setelah Habibie melanjutkan kuliah
dan bekerja di Jerman, sementara Ainun tetap di Indonesia dan berkuliah di
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Setelah berdiskusi dengan Habibie, Ainun pun akhirnya memilih opsi yang kedua. Dari pernikahan keduanya, Habibie dan Ainun dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.
Pendidikan
B. J. Habibie pernah
menuntut ilmu di Sekolah Menengah Atas Kristen Dago. Habibie kemudian belajar
tentang keilmuan teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung
(sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954. Pada 1955–1965.
Habibie
melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang,
di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan
gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.
Karier
Habibie pernah bekerja
di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg,
Jerman. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan
presiden Soeharto.
Habibie kemudian
menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai
Maret 1998. Gebrakan B. J. Habibie saat menjabat Menristek diawalinya dengan
keinginannya untuk mengimplementasikan "Visi Indonesia".
Menurut
Habibie, lompatan-lompatan Indonesia dalam "Visi Indonesia" bertumpu
pada riset dan teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola
oleh PT. IPTN, PINDAD, dan PT. PAL. Targetnya, Indonesia sebagai negara agraris
dapat melompat langsung menjadi negara Industri dengan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Sementara itu, ketika
menjabat sebagai Menristek, Habibie juga terpilih sebagai Ketua Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang pertama. Habibie terpilih secara
aklamasi menjadi Ketua ICMI pada tanggal 7 Desember 1990.
Puncak karir Habibie terjadi
pada tahun 1998, dimana saat itu ia diangkat sebagai Presiden Republik
Indonesia (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999), setelah sebelumnya menjabat sebagai
Wakil Presiden ke-7 (menjabat sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998) dalam
Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.
Riwayat Pekerjaan
- Direktur Utama PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad)
- Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
- Ketua Dewan Pembina Industri Strategis (BPIS)
- Ketua Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS)
- Ketua Dewan Riset Nasional (1999)
- Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam
- Anggota Dewan Komisaris Pertamina
- Asisten Riset Ilmu Pengetahuan Institut Kontruksi Ringan Rheinsich Westfaelische Technische Hochshule, Aachen, Jerman Barat (1960–1965)
- Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisa Struktur, Hamburg, Jerman Barat (1966–969)
- Kepala Divisi Metode dan Teknologi Pesawat Komersil/Pesawat Militer Messerschmidt Boelkow Blohm (MBB) Gmbh, Hamburg, Jerman Barat (1969–1973)
- Wakil Presiden/Direktur Teknologi Messerschmidt Boelkow Blohm (MBB), Hamburg, Jerman Barat (1974–1978)
- Penasihat Direktur Utama (Dirut) Pertamina (1974–1978)
- Direktur Utama PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), Bandung (1976)
- Direktur Utama PT Pelayaran Armada Laut (PAL), Surabaya (1978)
- Profesor Kehormatan/Guru Besar dalam bidang Konstruksi Pesawat Terbang Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung (1997)
Karir
Pemerintahan
- Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan III (1978–1983)
- Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan IV (1983–1988)
- Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan V (1988–1993)
- Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan VI (1993–1998)
- Ketua Tim Keputusan Presiden (Keppres) 35
- Wakil Presiden RI (1998)
- Presiden RI (1998–1999)
Masa
Kepresidenan
Habibie mewarisi
kondisi keadaan negara kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa
orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir
seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie
segera membentuk sebuah kabinet.
Salah satu tugas pentingnya adalah kembali
mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas
negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para
tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan
organisasi.
Pada era
pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kukuh bagi
Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat,
perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah.
Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintegrasi yang diwarisi
sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan
Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Pengangkatan B.J.
Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi bagi masyarakat
Indonesia. Pihak yang pro menganggap pengangkatan Habibie sudah konstitusional.
Hal itu sesuai dengan ketentuan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa
"bila Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis
waktunya".
Sedangkan pihak yang kontra menganggap bahwa pengangkatan B.J.
Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini bertentangan dengan ketentuan
pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "sebelum presiden memangku jabatan
maka presiden harus mengucapkan sumpah atau janji di depan MPR atau DPR".
Kebijakan
Politik
Langkah-langkah yang
dilakukan BJ Habibie di bidang politik adalah:
- Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik
- Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun 1994)
- Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
- Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
- UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
- UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
- UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR.
- Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi yaitu :
- Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang Referendum
- Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai asas tunggal
- Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar batas perundang-undangan
- Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode.
- 12 Ketetapan MPR antara lain :
- 1. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
- 2. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme
- 3. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia
- 4. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah
- 5. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi
- 6. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
- 7. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No. I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR
- 8. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
- 9. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
- 10. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
- 11. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
- 12. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
Kebijakan
Ekonomi
Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
- Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
- Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
- Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
- Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
- Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
- Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
- Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Akhir
Jabatan Presiden Habibie
Menurut pihak oposisi
seperti dikutip dari Wikipedia, salah satu kesalahan terbesar yang ia lakukan
saat menjabat sebagai Presiden ialah memperbolehkan diadakannya referendum
provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste).
Ia mengajukan hal yang
cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga
Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari
Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30
Agustus 1999.
Kasus inilah yang
mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin
giat menjatuhkannya. Upaya ini akhirnya berhasil saat Sidang Umum 1999, BJ
Habibie memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya
ditolak oleh MPR.
Pandangan terhadap
pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tapi
sejalan dengan perkembangan waktu banyak yang menilai positif pemerintahan
Habibie. Salah satu pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat
dalam bukunya Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga
Presiden.
“Visi, misi dan
kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan agenda reformasi memang tidak
bisa dilepaskan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil
didasarkan pada faktor-faktor yang bisa diukur. Maka tidak heran tiap kebijakan
yang diambil kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tidak mengerti. Bahkan
sebagian kalangan menganggap Habibie apolitis dan tidak berperasaan.
Pola kepemimpinan
Habibie seperti itu dapat dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya
sebagai doktor di bidang konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat
demokratisasi, Habibie telah melakukan perubahan dengan membangun pemerintahan
yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga diterapkan dalam kebijakan
ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat.
Dalam mengelola kegiatan kabinet sehari-haripun, Habibie melakukan perubahan
besar. Ia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral
antarmenteri.
Selain itu sejumlah
kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa. Untuk mengatasi persoalan ekonomi, misalnya,
ia mengangkat pengusaha menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang
menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu kelemahan
pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada
masyarakat internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan
hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak
seimbang dalam pemberitaan. ”
Pasca-kepresidenan
Setelah ia tidak
menjabat lagi sebagai presiden, Habibie sempat tinggal dan menetap di Jerman.
Tetapi, ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif
sebagai penasihat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia
lewat organisasi yang didirikannya Habibie Center dan akhirnya menetap dan
berdomisili di Indonesia.
Kontribusi besar
Habibie bagi bangsa ini pun tetap tercurahkan ketika masa kepemimpinan Presiden
Joko Widodo. Habibie aktif memberikan masukan dan gagasan pembangunan bagi
pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. Kesibukan lain dari B. J.
Habibie adalah mengurusi industri pesawat terbang yang sedang dikembangkannya
di Batam. Habibie menjabat sebagai Komisaris Utama dari PT. Regio Aviasi
Industri, sebuah perusahaan perancang pesawat terbang R-80 dan kemudian
menyerahkan pucuk pimpinan perusahaan tersebut kepada anaknya, Ilham Habibie.
Wafat
B.J
Habibie wafat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot
Soebroto, Jakarta, Rabu 11 September 2019.
Ia dikebumikan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan esok harinya tepat di
samping istirinya Ibu Ainum pukul 14.00 WIB (12/9/2019). Upacara pemakaman dipimpin oleh
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, juga dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, serta sejumlah dubes dari negara sahabat termasuk delegasi dari Malaysia yang dipimpin Wakil Perdana Menteri Malaysia, Wan Azizah serta ribuan warga Indonesia yang memadati Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Penghargaan
- Anggota Kehormatan Persatuan Insinyur Malaysia (IEM)
- Anggota Kehormatan Japanese Academy of Engineering
- Anggota Kehormatan The Fellowship of engineering of United Kingdom, London
- Anggota Kehormatan The National Academy of Engineering, AS
- Anggota Kehormatan Academie Nationale de l'Air et de l'Espace, Perancis
- Anggota Kehormatan The Royal Aeronautical Society, Inggris
- Anggota Kehormatan The Royal Swedish Academy of engineering Science, Swedia
- Anggota Kehormatan Gesselschaft Fuer Luft und Raumfarht (Lembaga Penerbangan & Ruang Angkasa) Jerman
- Anggota Kehormatan American Institute of Aeronautics and Astronautics, AS
- Anggota Kehormatan Masyarakat Aeronautika Kerajaan Inggris (1983)
- Anggota Kehormatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa, Jerman (1983)
- Anggota Kehormatan Akademi Aeronautika Perancis (1985)
Apresiasi
Pemerintah Daerah
Gorontalo merupakan daerah asal dari keluarga besar B.J. Habibie di Sulawesi. Daerah ini begitu erat kaitannya dengan jejak historis Habibie sewaktu kecil. Adapun beberapa bentuk apresiasi pemerintah daerah di Gorontalo atas jasa dan pengabdian Habibie bagi bangsa dan negara selama ini, diantaranya adalah:
- Pemberian Gelar Adat Pulanga (sebuah gelar adat tertinggi) dari Dewan Adat dan Pemangku Adat 5 Kerajaan di Gorontalo (Limo lo Pohala'a)
- Pembangunan Monumen B.J. Habibie di wilayah Isimu, Gorontalo
- Pembangunan dan Peresmian Rumah Sakit Provinsi dr. Ainun Habibie di Limboto
- Usulan penggunaan nama Universitas B.J. Habibie, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo.
- Usulan penggunaan nama Bandar Udara B.J. Habibie, menggantikan nama Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo
- Usulan Pembangunan Museum Habibie yang berlokasi di Rumah Keluarga Besar Habibie, Gorontalo
- Penggunaan nama B.J. Habibie sebagai nama ruas jalan protokol di Gorontalo.
Tanah
Kelahiran
B.J. Habibie dilahirkan
di salah satu kota tua di Sulawesi Selatan, yaitu Kota Parepare. Kota Parepare
merupakan tempat tinggal Habibie sewaktu kecil bersama kedua orang tuanya.
Karena kenangannya kecil berada di kota tersebut, maka pemerintah daerah pun
begitu tinggi mengapresiasi sosok Habibie sebagai tokoh kebanggaan Parepare
yang diwujudkan dalam beberapa kebijakan pemerintah, diantaranya:
- Pembangunan Monumen Cinta Ainun Habibie di Kota Parepare
- Pembangunan Rumah Sakit Daerah Ainun Habibie di Kota Parepare
- Penggunaan nama B.J. Habibie sebagai nama ruas jalan protokol di Kota Parepare
- Usulan Pendirian Institut Teknologi Habibie di Pare Pare
- Dalam film Habibie & Ainun dan Rudy Habibie, Habibie diperankan oleh Reza Rahadian, sementara Bima Azriel berperan sebagai Habibie kecil dan Esa Sigit juga berperan sebagai Habibie remaja dalam film Rudy Habibie.
- Dalam film Di Balik 98, Habibie diperankan oleh Agus Kuncoro.
- Dalam film Habibie & Ainun 3, Habibie muda diperankan oleh Jefri Nichol. Pemeranan tersebut sempat menuai kontroversi karena pada saat promo film dirilis terjadi penangkapan Nichol atas kasus narkoba, yang menimbulkan spekulasi terhadap jadwal penayangan film.
Publikasi
Karya B.J Habibie
- Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
- Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
- Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
- Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
- Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
- Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
- Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
- Detik-detik Yang Menentukan – Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
- Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memori tentang Ainun Habibie)
- Pesawat N-250 Gatot Kaca.(Dari berbagai sumber)****


Tidak ada komentar: